‘’ Manusia
ada saatnya mencapai bukit kesucian Namun berkali kali pula terjerumus dalam jurang
kenistaan Itulah pergulatan hidup ’’
Menjalani hidup dalam ketaatan saja,
tanpa berbuat dosa adalah sifat para Malaikat. Sebaliknya, hidup selalu dalam
kejahatan saja adalah sifat Iblis dan bala tentaranya syaithan. Sedangkan
segera kembali kepada kebaikan, setelah terjerumus dalam kejahatan adalah
kebiasaan manusia.
Ingat, Bapaknya
semua manusia ‘ Adam as. ‘ telah terbujuk oleh syaitan, hingga beliau
terjerumus dalam dosa yang menyebabkan terlempar dari taman surga kedunia ini
yang penuh dengan tipuan tipuan-nya. Adam as. tidak terlelap dalam perbuat
dosa, beliau menyadari atas dosa yang dilakukannya, Adam sangat terpukul atas
dosa yang ia lakukan dan membuatnya amat menyesal, segera melakukan pertaubatan
kepada Allah SWT.
Demikianlah Adam as. membentuk kembali apa yang sebelumnya ia pecahkan,
membangun kembali setelah merobohkan. Begitulah apa yang terjadi kepada Bapak
semua manusia, manusia pertama yang terjerumus dalam kejahatan namun segera
kembali kepada kebaikan. Dari awal kehidupan manusia sudah ada sisi negatif dan
sisi positif.
Kita sebagai anak turunan Adam,
adalah sesuatu yang wajar apabila seorang anak mencontoh perilaku bapak dan
kakeknya, maka tidak pula aneh bila keturunuan Adam itu tergelincir dalam
perbuatan dosa, karena itulah yang umum terjadi sejak dahulu kala hingga sekarang.
Jadi, siapa yang mengikuti perilaku
bapaknya, maka itu tidak disebut menyimpang dari kewajaran yang ada. Namun
ketika Bapak kita Adam membentuk kembali apa yang sudah dirusak dan bertaubat
kembali kepada kebaikan, maka anak dan ketutunannya mestinya menjadikan Adam
sebagai tauladan . Jika seseorang yang hanya menjadikan Adam sebagai contoh
perbuatan dosa, tanpa menjadikannya teladan dalam pertaubatan yang sangat
dalam, pasti akan tergelincir.
Adam as. telah memilih ‘ api penyesalan
‘ sepanjang hidupnya didunia ini, karena ia sadar akan buah kesalahannya, ia
bertaubat tiada henti – hentinya, Adam berjuang untuk meraih kedudukannya
kembali sebagai seorang hamba yang taat, melalui pergulatan hidup didunia yang
penuh dengan tipuan. Sejak diturunkannya Adam dan Siti Hawa kedunia, sejak itu
pula seluruh manusia ( yang nota bene ketutunan dari Adam dan Siti Hawa )
melewati kehidupannya penuh pergulatan di dunia ini.
Diriwayatkan dari Al – Hasan
ra., ia berkata, “ Setelah Allah Yang Maha mulia lagi Maha agung menerima
taubat Adam as., ia mendapatkan ucapan selamat dari para malaikat. Tidak
ketinggalan malaikat Jibril dan Mikail as. yang langsung turun ke bumi dan berkata,
“ Wahai Adam, tentu hatimu merasa sebang karena taubatmu telah diterima oleh
Allah ?”
Adam menjawab, “ Wahai Jibril,
setelah taubatku diterima, masih ada pertanyaan yang belum aku ketahui, yakni
bagaimanakah kedudukanku sekarang,,, ?”
Allah
lalu mewahyukannya kepadanya,” Wahai Adam, engkau mewariskan kepada anak
keturunanmu kelelahan dan kesusahan. Dan engkau juga mewariskan kepada mereka
taubat. Siapa di antara mereka yang memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan
memenuhi permohonannya sebagaimana Aku memenuhi permohonanmu. Dan siapa yang
memohon ampunan kepada-Ku tentu Aku tidak kikir untuk mengampuninya, karena Aku
adalah dekat dan menerima permohonan. Wahai Adam, kelak Aku akan membangkitkan
orang – orang yang bartaubat dari kuburan mereka dalam keadaan bersuka cita dan
tertawa riang, sementara doa mereka telah dikabulkan.”
Hadits – hadits dan atsar – atsar
senada tidak terhitung jumlahnya. Seluruh umat telah sepakat bahwa bertaubat
itu hukumnya wajib, serta menyadari bahwa dosa dan maksiat itu akan membawa
kepada kehancuran serta menyebabkan pelakunya semakin jauh dari Allah. Oleh
karena itu bab taubat termasuk perkara yang wajib diimani, namun banyak orang
yang lalai.
Apa yang sudah dilakukan oleh Adam
as. merupakan cermin bagi anak turunannya, dan Adam memilih api penyesalan dalam
sisa hidupnya ini untuk menghindari siksa api neraka.
Tidak mudah memang untuk memilih api
penyesalan ini, seseorang harus berjuang keras mengorbankan dirinya semata –
mata beribadah, semata – mata untuk Allah SWT. Lihat sejarah Adam as dalam proses menemukan
kembali sang isteri Ibu Siti Hawa, proses menggapai kembali cinta – nya kepada
Allah. Sebuah perjalanan yang penuh duri dan liku, namun atas rasa penyesalan
yang tinggi dan mengharap ampunan Allah, ia penuhi proses itu dengan penuh
kesungguhan disertai keikhlasan yang tinggi, tiada yang ia cari kecuali hanya
pengampunan atas segala kesalahannya serta meraih kembali hubungan mesra antara
ia dengan sang Kekasih Allah SWT.
Adakah
didunia ini manusia yang lepas dari dosa, seperti apa yang dialami oleh Adam as
? Tidak ada satupun manusia yang mengklaim bahwa dirinya tidak pernah bersalah
! Melihat sejarah Adam as. kita akan sadar bahwa kita juga akan mengalami – nya
sepanjang kita hidup didunia. Dengan kata lain setiap manusia itu pasti
berdosa. Itulah sifat yang diturunkan oleh bapak kita Adam as., dalam diri
manusia tak hanya berpotensi berbuat salah, tetapi juga dikaruniai kemampuan
untuk belajar dari kesalahan – kesalahannya.
“ sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas
orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan
mendapati peubahan pada sunnah Allah. “ QS 33.
AL- AHZAAB : 62
“ SETIAP MANUSIA ADALAH PENDOSA DAN SEBAIK –
BAIKNYA PENDOSA ADALAH YANG ( ORANG ) SELALU BERTAUBAT “
by, ALIT